Perjalanan, Kediri, Blitar, Saya : Rona-Rona Merah di Blitar

Perjalanan sebelum ke sampai di Blitar ada di : Perjalanan, Kediri, Blitar, Saya Melewati Kediri Pagi

Kereta Api Rapih Dhoho dari Kediri ke Blitar.. lumayan bersih, tidak ada penumpang berdiri, tidak ada yang merokok, dan petugas yang siap hilir mudik memastikan keamanan setiap gerbong. Penumpang di gerbong saya kala itu diisi oleh beberapa anak-anak baru gede yang terlihat menarik dan mencolok karena memakai atribut-atribut ciri khas penggemar band rock. Ya, Jawa Timur sangat terkenal dengan musik rocknya, ingat band rock terkenal Boomerang kan?

Dalam 2 jam perjalanan itu, walaupun mata lumayan mengantuk, saya berusaha untuk tidak tertidur. Melihat-lihat keluar, daerah apa saja yang saya lewati. Ada 6 Stasiun yang dilewati dalam perjalanan dari Kediri menuju Blitar, yaitu Ngadiluwih – Kras – Tulungagung – Sumbergempol – Ngunut – Rejotangan, baru kemudian berakhir di Blitar. (selain orang Indonesia, pasti susah mengeja nama-nama daerah itu). Perjalanan di kereta api antar daerah sendirian..beraneka ragam kesan, coba saja!

.. dalam Kereta Rapih Dhoho ..

.. dalam Kereta Rapih Dhoho ..

Sampai di Blitar pukul 14.05 (kereta tepat waktu, tepuk tangan lagi!).  Sampai di Stasiun segera ke loket pembelian tiket lagi, untuk membeli tiket pulang ke Kediri, karena berencana menginap di Kediri saja. Saya beli kereta terakhir, yang akan berangkat pukul  17.38. itu artinya, saya memiliki waktu 5 jam di kota kelahiran Bung Karno ini.

Catat ya teman-teman, perjalanan di Kediri dan Blitar baiknya tidak diagendakan naik angkotan kota, susah ketemunya, apalagi di Blitar. Di Blitar apakah memang tidak ada angkot sama sekali? Tujuan utama datang ke Blitar adalah berziarah ke Bung Karno. Angkutan paling tepat dari Stasiun menuju area Makam Bung Karno adalah ojeg. Perjalanan ojeg memakan waktu sekitar 15 menit (aneh, di peta cuma 3km padahal). Biaya ojeg, ga perlu nawar Rp 15.000. Semua ojeg memasang tarif segitu untuk tujuan Stasiun-Makam Bung Karno. Tenang, ojegnya ga akan maksa ko hehe. Ojeg yang antar saya ramah banget, beliau cerita tentang kota Kediri masa lalu dan sekarang. Oh ya, jangan lupa minta nomor telepon ojegnya, jika berniat kembali ke Stasiun dengan ojeg yang sama.

Kesan pertama tentang kota Blitar adalah… merah. Bangunan, hiasan jalan, gapura, serba merah. Ini mungkin untuk menghargai Pak Sukarno, yang identik dengan partai berwarna merah.

.. Kantor Walikota Blitar ..

Komplek Pemakaman Sukarno berada di antara Jl. Kalasan (atau Jl. Slamet Riyadi?) dan Jl. Ir Sukarno. Memasuki komplek Pemakaman kita akan mendapati Patung Sukarno di tengah, Perpustakaan Sukarno di sebelah kanan (yang kala itu sedang direnovasi sehingga tidak dapat dikunjungi), dan sebelah kiri Museum Sukarno. Berjalan lurus dari patung itu adalah jalan dan anak tangga menuju Makam Pak Karno.  Dan kesan pertama saya memasuki komplek Pemakaman Sukarno itu adalah.. bersahaja. Sederhana namun penuh wibawa.

.. sampai di Makam Bung Karno, Blitar ..

.. sampai di Makam Bung Karno, Blitar ..

.. ziarah Bung Karno Blitar ..

.. ziarah Bung Karno Blitar ..

Saya sempatkan menunaikan Shalat Zuhur dan Ashar di Mesjid Pak Sukarno di sebelah kiri makam. Setelah itu bergabung beberapa saat bersama para peziarah. Saya bergabung dengan beberapa peziarah Hindu.

“and those who strive for us, We will surely guide them to Our ways. And indeed, Allah is with the doers of good. (Al Qur’an 26 :69)”

May Allah grant him peace.

**

.. Riwayat Sukarno ..

.. Riwayat Sukarno ..

Selepas berziarah, saya menuju Museum Bung Karno. Melihat-lihat koleksi museumnya. Terdapat foto-foto kenegaraan dan kehidupan pribadi Pak Karno. Yang paling unik tentu saja sebuah lukisan karya pelukis yang bernama IB Said yang menurut guide dilukis pada 2001 dan dihibahkan untuk menambah koleksi museum. Apa yang unik dari lukisan tersebut? Adalah… Lihat bagian dada dari lukisan tersebut. Setelah beberapa detik memandang, maka akan terlihat seolah-olah jantung Pak Sukarno berdetak.  Selain itu, ada pula sebuah lukisan dimana pandangan mata Pak Karno pada lukisan itu mengikuti kita ke berbagai sisi.

.. di Museum Bung Karno Blitar ..

.. di Museum Bung Karno Blitar ..

Selesai berkeliling museum, saya menuju Perpustakaan, namun ternyata sedang renovasi sehingga tidak dibuka kala itu. Akhirnya saya beristirahat di sebuah kursi di sana, menikmati syahdunya area pemakaman. Dan disana, saya meninggalkan buku Twitter Power @ridwankamil, agar orang lain dapat membacanya pula.

Meninggalkan area makam Sukarno, saya melihat-lihat sentra oleh-oleh khas Blitar di dekat area makam. Wajah Pak Sukarno terlukis dalam aneka warna. Dan kemana pun kita memandang, warna merah akan sampai di pandangan mata. Eh tapi ada penjual gelang kayu murah banget sih di dalam area komplek makam, saya membeli beberapa.

.. Pusat oleh-oleh di Jl. Sukarno, Blitar  ..

.. Pusat oleh-oleh di Jl. Sukarno, Blitar ..

Saya mampir sejenak di Depot Retno, makan sore (karena masih jam 16.00. Traveller dengan mobilitas tinggi macam saya memang cepat lapar, hehe. Nasi rames + teh panas tawar seharga 11.000. Dan disitulah saya mulai jatuh cinta kepada teh khas Kediri. Langsung saya tanya merk tehnya kepada pemilik kedai. Alhasil, merknya Teh Putri Minang. Nanti harus bawa buat di Bandung. Oh ya, Depot Retno ini juga menyediakan penginapan.

.. makan siang di Blitar ..

.. makan siang di Blitar ..

Udah kenyang, menelusuri lagi Jl. Sukarno hingga sampai ke depan Dinas Pariwisata Kota Blitar. Saya memasukinya untuk meminta peta wisata Blitar. Semenjak menyukai perjalanan, saya jadi gemar mengumpulkan peta dari kota-kota yang saya kunjungi. Kebanyakan didapat cuma-cuma hasil dari meminta pada Dinas Pariwisata.

Kemudian naik becak untuk kembali ke Stasiun. Perjalanan di atas becak itu menjadi lebih mengharukan, karena membayangkan entah kapan saya bisa memeluk kota dengan rona merah ini. Kota yang menyimpan banyak sejarah perjuangan terhadap bela tanah air. Kota tentang para pahlawan yang telah mengangkat senjata, nisan-nisan pahlawan yang tak bernama.

Saya biarkan pengayuh becak itu berbicara tentang kota kebanggaannya. Lalu beliau menunjukkan saya sebuah gedung yang disematkan atas nama Supriyadi, tokoh utama pergerakan Pembela Tanah Air (PETA). Sempat pula menawarkan saya apa hendak berhenti melihat-lihat Alun-Alun Blitar yang berseberangan dengan Mesjid Agung Blitar.

.. Kota Blitar ..

.. Kota Blitar ..

Biaya becak sama dengan biaya ojeg, Rp 15.000 dan saya sudah sampai kembali di Stasiun Blitar. Sempat pula menikmati matahari tenggelam dari Stasiun Blitar sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan kembali ke Kediri dengan Kereta Api Rapih Dhoho.

.. Stasiun Blitar ..

.. Stasiun Blitar ..

.. Rona Merah di Blitar ..

.. Rona Merah di Blitar ..

… dan rona-rona merah di Blitar itu..

– m –